Kairo – Perjalanan menuntut ilmu adalah perjalanan panjang yang penuh makna. Begitulah yang dialami oleh Nurul Azizah, mahasiswi asal Mediator Afwaja Center yang kini menimba ilmu di Mesir, negeri para ulama dan pusat peradaban Islam.
Sejak awal keberangkatannya, Nurul telah bertekad untuk menjadikan setiap langkah di negeri itu sebagai bagian dari proses belajar yang tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga spiritual dan sosial.
Pertemuan Berharga dan Jaringan Ilmu
Selama berada di Mesir, Nurul mendapatkan banyak pengalaman berharga yang memperluas wawasan dan jaringan sosialnya. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia berkesempatan bertemu dengan Duktur Nahla, penasihat Grand Syekh Al-Azhar. Dalam pertemuan itu, ia mendengarkan nasihat yang sangat membimbing, penuh nilai kebijaksanaan dan semangat keilmuan.
Selain itu, Nurul juga menjalin banyak pertemanan baru dan memperluas relasi dengan para pelajar serta tokoh yang ia temui, memperkaya lingkaran ilmu dan pengalaman hidupnya.
Ziarah ke Makam Ulama
Sebagai seorang penuntut ilmu di tanah para ulama, Nurul tidak melewatkan kesempatan untuk melakukan ziarah ke makam para tokoh besar Islam, seperti Imam Syafi‘i dan Sayyidina Husain. Kunjungan itu memberikan kesan spiritual yang mendalam, menumbuhkan kecintaan terhadap sejarah Islam, dan mempertebal semangatnya untuk meneladani perjuangan para ulama terdahulu.
Aktivitas Akademik dan Sosial
Di sela-sela kesibukan akademik, Nurul juga aktif mengikuti berbagai kegiatan. Ia menghadiri acara wisuda Maskanul Hufadz, bertemu dengan Umma Oky dan ibunya, serta turut merasakan suasana penuh kebahagiaan dalam momen bersejarah tersebut.
Selain itu, Nurul menghadiri seminar yang diadakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Mesir yang bertempat di KPMJB, sekaligus bersilaturahmi dengan Duktur ‘Abir, salah satu guru fiqh yang ia hormati. Ia juga berkumpul dengan para alumni pondok, mempererat ukhuwah dan memperluas wawasan melalui kisah-kisah inspiratif mereka.
Menyelami Budaya dan Patriotisme Mesir
Dalam rangka memperingati hari besar nasional Mesir pada 6 Oktober, Nurul turut serta dalam berbagai kegiatan kebudayaan. Ia mengunjungi tiga bioskop sejarah dan bazar budaya, merasakan langsung atmosfer patriotisme dan kekayaan budaya Mesir. Pengalaman tersebut membuka pandangannya tentang semangat perjuangan rakyat Mesir dan kecintaan mereka terhadap tanah air.
Pengembangan Diri dan Organisasi
Tidak hanya berfokus pada akademik, Nurul juga aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan diri. Ia mengikuti pelatihan suara Azhariyat yang diselenggarakan oleh Wihdah PPMI di Markaz Tathwir, serta menghadiri seminar WPJL di KPMJB, di mana ia berhasil meraih predikat anggota teristiqamah berkat dedikasinya yang tinggi.
Selain itu, Nurul rutin mengaji dan tahsinul Qur’an bersama Syekh Bassam, mengikuti haul, kegiatan perpustakaan, serta turut menjadi panitia Milangkala KPMJB. Ia juga berpartisipasi dalam acara Khadijah Today yang diadakan oleh Wihdah PPMI, mengikuti lomba penyiar radio PPMI, dan melakukan ziarah ke makam para Grand Syekh Al-Azhar.
Keseimbangan antara Ilmu dan Amal
Meski padat dengan berbagai kegiatan sosial dan spiritual, Nurul tetap menjaga rutinitas akademiknya. Ia terus mengambil buku, belajar di kampus, dan menuntaskan tugas-tugas perkuliahan dengan penuh tanggung jawab. Baginya, keseimbangan antara ilmu, amal, dan pengalaman hidup adalah kunci dalam membentuk pribadi yang matang dan bermanfaat.
Kisah perjalanan Nurul Azizah di Mesir bukan hanya tentang menuntut ilmu di negeri orang, melainkan juga tentang menumbuhkan semangat, memperluas wawasan, dan memperkaya jiwa. Dari setiap pertemuan, kegiatan, hingga perjalanan spiritual yang ia jalani, Nurul belajar arti perjuangan, kesabaran, dan rasa syukur.
Perjalanan ini menjadi bagian penting dalam hidupnya—sebuah kisah inspiratif tentang bagaimana tekad, ilmu, dan keimanan dapat berpadu membentuk pribadi yang tangguh dan berdaya bagi umat
