Ciamis – Pelaksanaan Ujian Hadatsah Mu’adalah gelombang kedua telah resmi berakhir. Seiring berakhirnya rangkaian ujian, banyak kisah menarik dan kesan mendalam yang dibagikan para peserta. Salah satu yang paling menonjol datang dari Husein Al-Faruq, calon mahasiswa baru asal Sumenep, Madura.
Dalam wawancara seusai ujian, Husein awalnya menyampaikan kesan umum tentang proses yang telah ia jalani. Ia mengungkapkan rasa syukurnya dan apresiasi terhadap pihak yang telah membimbingnya selama masa persiapan.
“Alhamdulillah saya telah melaksanakan ujian Hadatsah Mu’adalah, setelah mengikuti karantina selama dua sampai tiga bulan. Saya sangat terbantu dan berterima kasih kepada Afwaja Center yang telah membimbing saya, sehingga saya dapat melalui ujian ini dengan baik,” ujarnya.
Namun, yang menarik, di akhir pembicaraannya, Husein menyampaikan pesan khusus kepada masyarakat Madura, terutama para santri dan pemuda yang bercita-cita melanjutkan studi ke Timur Tengah, khususnya Mesir.
“Bagi kalian semua, khususnya orang-orang Madura, ayo daftar ke Afwaja Center. Di sini banyak sekali orang Madura—dari Sumenep, Sampang, Bangkalan, alhamdulillah banyak yang sudah bergabung. Tapi bukan hanya untuk orang Madura saja, orang-orang dari Jawa Timur juga ayo datang ke sini,” tambahnya antusias.
Tradisi Keilmuan Islam di Madura
Pesan yang disampaikan Husein mencerminkan semangat besar masyarakat Madura dalam menuntut ilmu agama. Madura dikenal luas sebagai salah satu wilayah dengan tradisi Islam yang sangat kuat di Indonesia. Pulau ini memiliki ratusan pesantren, mulai dari yang kecil hingga yang berpengaruh besar secara nasional.
Beberapa pesantren besar di Madura, seperti Pondok Pesantren Annuqayah di Guluk-Guluk, Sumenep, Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, dan Pondok Pesantren Nurul Cholil di Bangkalan, telah melahirkan banyak ulama dan tokoh penting di Indonesia. Pesantren-pesantren tersebut tidak hanya mengajarkan ilmu agama klasik, tetapi juga membekali santri dengan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, termasuk ke Timur Tengah.
Tak heran jika setiap tahunnya banyak santri asal Madura yang melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar di Mesir atau institusi Islam terkemuka lainnya di luar negeri. Semangat ini menjadi bagian dari warisan keilmuan Islam yang kuat, tertanam sejak lama dalam budaya masyarakat Madura.
Afwaja Center, Jembatan Menuju Timur Tengah
Lembaga seperti Afwaja Center berperan penting dalam membantu calon mahasiswa, khususnya dari kalangan pesantren, untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai tahapan seleksi dan ujian masuk universitas di luar negeri. Melalui program karantina, pelatihan bahasa, hingga pembinaan intensif dalam bidang keilmuan, Afwaja Center telah menjadi tempat rujukan bagi banyak santri yang ingin menempuh pendidikan di Mesir.
Dengan meningkatnya minat masyarakat Madura dan Jawa Timur untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, khususnya dalam studi keislaman, peran lembaga seperti ini semakin strategis. Semangat seperti yang ditunjukkan oleh Husein Al-Faruq menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus menuntut ilmu dan melanjutkan perjuangan keilmuan para ulama terdahulu.