Afwaja Center terus menunjukkan komitmennya dalam mencetak generasi muda Islam yang unggul, berakhlak, dan berdaya saing global. Sebagai lembaga mediator pendidikan resmi bagi para pelajar Indonesia menuju Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, Afwaja Center telah memberangkatkan ribuan kader dan mahasiswa untuk menuntut ilmu di universitas bergengsi tersebut.
Lembaga ini tidak hanya berperan dalam mengantarkan para santri menuju gerbang Al-Azhar, tetapi juga membina mereka agar menjadi pemimpin masa depan yang berilmu, berintegritas, dan berjiwa pengabdian. Melalui berbagai program kaderisasi dan pengembangan potensi, Afwaja Center terus menjadi jembatan antara cita-cita generasi muda dan keilmuan Islam yang mencerahkan.
Program Beasiswa Kaderisasi Lembaga Afwaja Center
Salah satu program unggulan Afwaja Center adalah Program Beasiswa Kaderisasi Lembaga, yang memberikan kesempatan emas bagi 20 putra-putri terbaik Indonesia untuk melanjutkan pendidikan ke Universitas Al-Azhar Mesir. Para penerima beasiswa tidak hanya difasilitasi dalam bidang akademik, tetapi juga diarahkan untuk menjadi kader pemimpin yang siap mengabdi dan berkontribusi dalam berbagai aktivitas Afwaja Center di Mesir.
Program ini memiliki tujuan besar: melahirkan generasi Qurani yang cerdas secara intelektual, matang secara spiritual, dan tangguh dalam pengabdian sosial. Para kader ini diharapkan mampu menjadi agen perubahan dan penggerak kemajuan umat di masa depan.
Para penerima beasiswa datang dari berbagai daerah di Indonesia—mulai dari Ridwansyah dari Tangerang, Taqiya dari Jakarta, Doni dari Jawa Tengah, hingga Rizki dari Medan. Mereka membawa semangat keilmuan dan kebangsaan yang menjadi kekuatan tersendiri bagi Afwaja Center dalam mencetak pemimpin lintas wilayah.
Syarat dan Seleksi yang Ketat
Untuk dapat menjadi bagian dari program ini, para calon peserta harus memenuhi beberapa persyaratan penting.
Di antaranya adalah hafal 30 juz Al-Qur’an, mampu membaca kitab dan berbahasa Arab dengan baik, serta mendapatkan level minimal Mutaqaddim Awwal pada ujian Tahdid Mustawa yang diselenggarakan oleh Markaz Tathwir. Selain itu, mereka juga harus siap mengikuti seluruh proses kaderisasi dan menandatangani Akad Perjanjian Pengabdian Kaderisasi Lembaga.
Dengan seleksi yang ketat ini, Afwaja Center memastikan bahwa setiap peserta benar-benar memiliki kualitas dan komitmen untuk menjadi kader yang tangguh dan berdedikasi.ggul dalam hafalan dan kemampuan akademik, tetapi juga memiliki semangat perjuangan dan pengabdian yang tinggi.
Kisah Inspiratif Kader Afwaja Center
1. Serly Aprilia Sabillillah: Ketekunan yang Menembus Batas
Lahir di Batu, 12 April 2005, Serly Aprilia Sabillillah berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia menempuh pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1, lembaga yang dikenal dengan sistem pendidikan terpadu antara ilmu agama, ilmu umum, dan pembinaan karakter.
Selama di Gontor, Serly aktif dalam organisasi, olahraga, serta kegiatan kepemimpinan yang menumbuhkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab tinggi.
“Saya belajar banyak tentang kedisiplinan, tanggung jawab, dan pentingnya menjadi pribadi yang bermanfaat,” ujar Serly.
Kini, Serly menjadi salah satu kader Afwaja Center yang siap melanjutkan pengabdiannya di Mesir—membawa semangat belajar dan nilai-nilai kepemimpinan yang telah ia tanamkan sejak di pondok.
2. Azmi: Menghidupkan Ilmu Hadits di Nusantara
Lahir di Pontianak pada 22 Oktober 2004, Azmi tumbuh dalam lingkungan pesantren yang penuh nilai keislaman. Saat menimba ilmu di Pesantren Labbaik Indonesia, semangatnya untuk memahami agama secara mendalam semakin menguat.
Azmi memilih untuk mendalami jurusan Ushuluddin Hadits di Universitas Al-Azhar. Pilihan ini dilandasi niat tulus untuk menghidupkan kembali kajian hadits di tanah air.
“Saya ingin mengisi kekosongan itu agar ilmu hadits semakin berkembang dan membawa manfaat bagi masyarakat,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Baginya, Al-Azhar bukan sekadar tempat menimba ilmu, tetapi juga ladang keberkahan. Ia ingin menjadi bagian dari mata rantai keilmuan Islam yang bersambung hingga Rasulullah ﷺ.
“Saya ingin menuntut ilmu langsung dari para ulama besar, agar bisa meneruskan sanad keilmuan Islam yang murni,” tambahnya.
3. Husen Alfaruq: Dari Pulau Kecil, Menggapai Langit Ilmu
Husen Alfaruq lahir di Sumenep pada 9 Juni 2003, dan berasal dari Pagerungan Kecil, Sapeken, sebuah pulau yang dikelilingi laut. Latar belakang kehidupannya di kepulauan membentuk pribadi yang tangguh dan mandiri. Ia menempuh pendidikan di Pesantren Al-Amien Prenduan, tempat yang membekalinya dengan ilmu agama dan kedisiplinan hidup.
Selain tekun belajar, Husen juga mencintai dunia olahraga dan seni bela diri. Ia gemar menulis, menjadikan pena sebagai sarana untuk menyalurkan ide dan gagasan.
Cita-citanya besar:
“Saya ingin menjadi traveler pencari ilmu dan pengalaman, tapi juga ingin menjadi dosen agar bisa berbagi pengetahuan dan menginspirasi generasi muda,” ujarnya.
Husen berencana mengambil jurusan Aqidah dan Filsafat, karena baginya hati membutuhkan pondasi aqidah yang kokoh, sementara akal memerlukan filsafat agar tidak mudah goyah. Ia meyakini keseimbangan antara iman dan logika adalah kunci menuju kebijaksanaan.
Ayat favoritnya menjadi sumber semangat:
“Pergilah ke Mesir supaya aman.” (QS. Yusuf: 99)
Bagi Husen, Al-Azhar adalah tempat terbaik untuk menuntut ilmu agama dengan aman, tenang, dan penuh keberkahan.
Afwaja Center: Menebar Cahaya Ilmu dan Pengabdian
Dengan berbagai kisah inspiratif dari para kadernya, Afwaja Center terus membuktikan diri sebagai lembaga yang konsisten dalam mencetak generasi unggul Indonesia. Ribuan pelajar yang telah diberangkatkan ke Al-Azhar menjadi saksi nyata bahwa Afwaja Center bukan sekadar lembaga penghubung, tetapi motor penggerak kebangkitan pendidikan Islam global.
Melalui beasiswa, kaderisasi, dan pembinaan berkelanjutan, Afwaja Center menegaskan visinya: membangun generasi Qurani yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa pemimpin, yang kelak akan kembali ke tanah air membawa ilmu, keberkahan, dan perubahan.
